Adsen

Menteri Tidak Mengerti Bola

ligabolanasional,- Pemerintah kita itu aneh
banget ya,,, Seorang yang tidak mengerti bola dijadikan Menteri, apalagi tentang Olahraga....Wah emang sangat keblinger sekali.


Dimana-mana namanya sepakbola yang pasti ada yang namanya Federasi. Nah di Indonesia nama federasinaya yaitu PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia). Jadi yang ngurus tentang sepak bola ya PSSI.


PSSI menjadi wakil dari beberapa klub seluruh Indonesia. Mulai dari mengurusi kompetisi, pembinaan, keabsahan dari klub-klub di Indonesia sudah diatur dalam kode etik FIFA, AFC sedang PSSI hanya mentransformasi kode etik tersebut kedalam peraturan yang dipakai dalam induk sepakbola nasional.


Nah baru-baru ini ada sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Olahraga Imam Nahrowi bahasa sebelum memulai kompetisi 2017, hendaknya PSSI agar menyelesaikan beberapa klub yang ada di Indonesia termasuk dualisme klub yang masih eksis ikut kompetisi. Bahkan Menpora juga menyindir terkait perubahan nama klub yang langsung bisa ikut level tertinggi di tanah air.


Jadi saya juga ikut bingung, apa sebenarnya motif pernyataan dari Sang Menteri Imam Nahrowi itu?....


Sebenarnya Sang menteri tersebut mengerti sepakbola apa tidak, ya?....


Jadi seakan-akan pernyataan Sang menteri tersebut terkait klub Persebaya Surabaya dan Arema Indonesian. Dan seakan-akan memaksakan kehendaknya bahwa Persebaya Surabaya dan Arema Indonesia harus diakui keanggotaannya lagi.



Padahal PSSI tidak mempunyai kewenangan mutlak untuk mengesahkan lagi Persebaya Surabaya dan Arema Indonesia menjadi anggota PSSI. Namun PSSI hanya bisa membawa permasalahan tersebut kedalam konggres.


Sedangkan yang bisa memutuskan permasalahan tersebut adalah para anggota PSSI. Mulai dari klub ISL, Divisi Utama, Asprov, Peserta Liga Nusantara, Fipro, dan futsal.


Mereka itulah yang pengambil keputusan dan PSSI hanya sebagai pengekusi  serta melaksanakan hasil kongres.


Menilik permasalahan klub seperti yang diungkapkan oleh Menteri Imam Nahrowi, sebenarnya permasalahan cukup jelas. Hal ini berawal dari klub-klub tersebut ikut ke kompetisi Breakaway atau kompetisi yang tidak resmi, sehingga mereka di beri sanksi dan di keluarkan dari keanggotaan PSSI.


Kalau mau flasback kebelakang mereka memang layak dihukum dan dikeluarkan dari anggota PSSI, karena mereka tidak mengindahkan peringatan pada Kala itu. Dan bahkan mereka menantang dan melawan perintah yang dikeluarkan oleh Federasi.

Ke Sembilan klub yang dihukum oleh PSSI, Kala itu mengikuti Liga Primer League (LPI), dimana kompetisi tersebut Sebagi Kompetisi tandingan yang telah dilakukan PSSI dengan nama Indonesia Super League (ISL).


Namun demikian, semua masalah tentunya pasti ada jalan keluarnya, solusinya. Tapi tidak serta Merta memaksakan kehendak.


Karena untuk mengembalikan status mereka harus melalui konggres. Tapi yang punya nama yang sama harus merubah terlebih dahulu, beserta logonya dan juga mungkin kalau klub tersebut masih tersangkut utang, maka selayaknya klub bersangkutan harus melunasinya.


Selain itu kesembilan klub tersebut bisa dimasukkan menjadi anggota PSSI, namun tidak bisa langsung bermain dilevel tertinggi, meski klub tersebut dulunya mempunyai nama besar. Mereka harus mengikuti jalur, aturan yang sesuai di kode etik PSSI, yaitu melalui level Nusantara, nasional, Divisi satu baru bisa ikut ke kompetisi Indonesia Super League (ISL).


Namun Pak menteri juga harus menyadari hal tersebut, jangan ngomong sana sini cuit sana cuit sini. Tapi harus menelaah permasalahan dari awal.


Kenapa terjadi dualisme klub khususnya di Jawa Timur?....


Singkat kata, Persebaya Surabaya awalnya terkena sanksi dan turun tahta, namun pada saat Persebaya masih di pegang Saleh Mukadar tidak lagi diurus, lalu pada tahun berikutnya Saleh Ismail Mukadar malah mendirikan Persebaya 1927 untuk ikut kompetisi IPL.


Dan Persebaya Surabaya yang turun kasta tersebut dikelola oleh pak Wisnu Wardhana, sampai-sampai pak Wisnu tidak punya pemain, karena semua pemain Persebaya Surabaya diboyong ke Persebaya 1927.


Namun sangat beruntung pak Wisnu Wardhana mengenal pak Vigit, lalu dipinjamkan pemain pak Vigit untuk bergabung Persebaya Surabaya yang turun kasta tersebut, bahkan pak Wisnu menunggak gaji pemain, lagi-lagi keberuntungan menghampiri ke  Pak Wisnu Wardhana karena ada yang membantunya.


Dan singkat kata akhirnya Persebaya Surabaya yang degradasi ke kasta kedua atau Divisi Utama pada saat itu memperoleh tiket promosi ke ISL (Indonesia Super League).


Jadi pak menteri Persebaya Surabaya yang sekarang menjelma menjadi Bhayangkara FC adalah Persebaya yang dulu disia-siakan oleh segelintir orang.


Mungkin sedikit masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi para pembaca yang baru, dan tidak mengerti secara gamblang, kenapa kok bisa terjadi dualisme klub di Jawa Timur.


Mungkin ada masukkan untuk melengkapi bahkan merivisi tulisan saya, dengan ikhlas saya ucapkan banyak terima kasih.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Menteri Tidak Mengerti Bola"

Post a Comment